Psikolog anak dan keluarga, Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si tidak menampik bahwa semua gim yang mengandung kekerasan memang bisa memberikan dampak negatif bagi pemain.
"Memberi dampak negatifnya itu karena bisa menjadi 'referensi' bagi si pemain. Ketika mengalami kondisi tertentu, bisa saja referensi ini diaktifkan, sehingga pemain lebih rentan meniru atau melakukan perilaku agresif yang dimunculkan di gimnya," kata perempuan yang biasa disapa Nina kepada Tekno Liputan6.com.
Namun, lanjut dia, faktor pendorong seseorang berperilaku agresif tidak hanya berasal dari gim yang dimainkan, tetapi juga dipicu banyak hal. Salah satunya yaitu kepribadian dari pemain gim tersebut.
"Misalnya kepribadian, jika pemain pada dasarnya berkepribadian matang dan penuh cinta kasih, maka tentunya tidak terlalu mudah terpengaruh gim," katanya.
Tak hanya itu, faktor lingkungan hingga pendidikan yang didapat di sekolah, keluarga, masyarakat juga akan berpengaruh. Jika lingkungan cenderung kasar dan agresif, akan lebih besar kemungkinan bagi seseorang terdorong melakukan perilaku agresif dibandingkan jika lingkungannya tenang atau bijak.
Ada pula faktor kemampuan diri. "Misalnya kalau ia memang mampu menggunakan senjata dan tubuhnya kuat, lebih mungkin meniru dibandingkan dengan yang tubuhnya lemah dan mengalami kesulitan menggunakan senjata," kata Nina.
Moralitas dan Batasan Usia
Lebih lanjut, hal lain yang menentukan perilaku seseorang adalah moralitas.
"Kalau seseorang menyadari membunuh orang lain baik teman maupun lawan itu salah, tentunya dia tidak akan begitu saja membunuh," ujar Nina.
Dia membenarkan usia dewasa memang lebih matang ketimbang anak-anak yang mudah terpengaruh.
Untuk itu, salah satu hal yang bisa dilakukan adalah membatasi usia pemain. "Membatasi usia pemain memang salah satunya, sebetulnya gim ini di berbagai negara sudah dibatasi jelas usianya. Hanya orangtua seringkali tidak melakukan monitoring terhadap penggunaan perangkat anaknya," kata Nina.
Oleh karenanya, akan percuma adanya pembatasan usia main gim jika orangtuanya melakukan pembiaran.
Menurut Nina, hal lain yang juga dapat dilakukan adalah perlunya diskusi mendalam dengan anak atau orang dewasa.
"Diskusi itu penting untuk menumbuhkan pemahaman lebih positif terkait kehidupan," tutur Nina.
Boleh Haramkan PUBG, Tapi...
Terkait dengan fatwa haram yang kini dikaji MUI tentang gim PUBG, Nina mengatakan hal itu sangat boleh.
Namun demikian, ia meminta agar tidak menutup mata, seakan-akan jika diharamkan, persoalan akan tuntas.
"Kita perlu menyadari perilaku agresif itu betul-betul banyak lho di sekitar kita dan itu menjadi referensi real untuk anak-anak dan remaja," katanya.
Contohnya, kata Nina, ada orang yang begitu mudahnya mengatakan kata 'bunuh' kepada orang lain yang dianggap tidak selaras pandangannya.
"Kalau anak-anak kita enggak main gim agresif tapi di sekelilingnya orang-orang ngomong dan berperilaku kasar, tentunya lebih rentan terpengaruh kan," katanya.
https://www.liputan6.com/tekno/read/3926290/headline-pubg-dan-ancaman-fatwa-haram-seberapa-bahaya-gim-online-ituBagikan Berita Ini
0 Response to "HEADLINE: PUBG dan Ancaman Fatwa Haram, Seberapa Bahaya Gim Online Itu?"
Post a Comment