Search

HEADLINE: Era Ekonomi Digital, Akankah Banyak Startup Jadi Unicorn?

Liputan6.com, Jakarta - Istilah unicorn tiba-tiba mencuat dan menjadi sorotan di media sosial usai Debat Capres 2019 putaran kedua. Dalam debat kedua capres, Joko Widodo (Jokowi) mendapat kesempatan mengajukan pertanyaan kepada Prabowo Subianto.

Prabowo tampak kurang memahami mengenai unicorn yang ditanyakan Jokowi. Sayangnya, saat Prabowo mengkonfirmasi unicorn yang dimaksud, warganet malah kaget lantaran Prabowo mempertanyakan, "Unicorn yang online-online itu ya?"

Dia bahkan menyebut jika perkembangan unicorn berpotensi membuat uang lebih banyak keluar dari Indonesia. Pantauan Tekno Liputan6.com, topik seputar unicorn sempat banyak dibicarakan warganet.

Dari 1,5 juta cuitan seputar Debat Pilpres 2019, cuitan soal 'Unicorn yang Online-Online Itu' ramai diperbincangkan warganet, lengkap dengan memenya.

Unicorn sendiri adalah startup atau perusahaan rintisan yang memiliki valuasi antara USD 1 miliar hingga USD 10 miliar. Keempat startup Indonesia yang sudah menyandang predikat unicorn adalah Gojek, Tokopedia, Traveloka dan Bukalapak. 

Akankah di era ekonomi digital saat ini banyak startup Indonesia yang bisa meraih predikat unicorn?

Untuk melahirkan unicorn baru, Jokowi berjanji akan gencar membangun sejumlah startup baru di dalam negeri pada tahun ini. Ia menegaskan, unicorn yang sudah ada di Indonesia perlu ditambah lagi jumlahnya.

"Di Asia Tenggara itu ada tujuh unicorn, dan empat di antaranya ada di Indonesia. Jadi dalam rangka mendorong unicorn baru, kita siapkan 1.000 startup baru dengan inkubator-inkubator global," ujar Jokowi saat Debat Capres Kedua di Hotel Sultan Jakarta, Minggu (17/2/2019) malam.

Tak hanya itu, dia menjelaskan, pemerintah bahkan telah membangun sistem yang mendukung dalam pertumbuhan unicorn di Indonesia. Pemerintah dinilai pro atas kehadiran pertumbuhan perusahaan rintisan lokal di dalam negeri.

"Bahkan dalam regulasi sekarang sudah memudahkan startup, kita dorong tanpa regulasi yang ketat. Mereka bisa daftarkan perusahaan mereka lewat online sekarang. Jadi kita pastikan agar mereka benar-benar mampu songsong revolusi industri 4.0 dengan SDM berkualitas," ujarnya.

Infografis 4 Unicorn di Indonesia. (Liputan6.com/Abdillah)

Berasal dari Sampah, Makanan di Filipina Ini Jadi Favorit

Tutup Video

Target Pemerintah

Menkominfo Rudiantara di Brizzi Vidio Fair 2017
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Rudiantara dalam acara Brizzi Vidio Fair 2017 di kawasan Jakarta, Sabtu (9/12). Dalam kesempatan yang sama, Rudiantara menyambut baik acara Brizzi Vidio Fair 2017 tersebut. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Menteri Komunikasi dan Infomatika (Menkominfo) Rudiantara menargetkan, minimal ada satu startup lagi yang menyandang predikat unicorn sehingga Indonesia bisa memiliki lima unicorn pada tahun ini.  Bahkan, ia menginginkan agar startup unicorn keenam di Indonesia berasal dari perusahaan yang bergerak di financial technology (fintech).

"Kalau 2019 kan target kita minimal ada lima unicorn. Kalau minimal kan berarti ada lebih dari lima dong. Nah, saya berharap yang keenam ini bisa datang dari fintech," tuturnya belum lama ini.

Rudiantara juga optimistis akan ada satu startup dengan status decacorn lahir di Indonesia. Status decacorn sendiri ditujukan untuk startup dengan nilai valuasi di atas USD 10 miliar.

Adapun salah satu kandidat startup yang akan menyandang decacorn adalah Go-Jek. Alasannya, seperti dikutip dari Tech Crunch, dengan pendanaan terbaru dari Google, Tencent, dan JD.Com, valuasi Go-Jek diperkirakan mencapai USD 9,5 miliar.

"Kehadiran startup unicorn dan decacorn menunjukkan betul-betul Indonesia pusat ekonomi digital di Asia Tenggara," tuturnya menjelaskan.

Rudiantara menyebut perkembangan ekonomi digital di indonesia sangat pesat. Pada 2018, porsi ekonomi digital terhadap PDB Indonesia diperkirakan mencapai 8,5 persen. Angka ini naik dibandingkan kontribusi tahun 2017 yang saat itu 7,3 persen. Pemerintah juga menargetkan nilai transaksi ekonomi digital USD 130 juta pada tahun 2020.

Untuk mendorong terus berkembangnya ekonomi digital ini, Kemkominfo bersama dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) telah mempermudah prosedur lahirnya startup.

"Kita itu tidak menerapkan regulasi untuk startup, istilahnya biarkan mereka berkembang dulu baru kita tata. Jangan belum apa-apa udah disuruh ini itu, itu justru akan mempersulit mereka," ujarnya menambahkan.

Dana riset abadi

Dari sisi anggaran, Menteri Keuangan Sri Mulyani tengah menyiapkan dana abadi riset bersama dengan Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti). Alokasi dana itu dapat mendukung pemerintah untuk mendukung lebih banyak perusahaan rintisan teknologi di dalam negeri yang tumbuh menjadi unicorn.

"Kajian endowment fund di bidang R&D itu masih terus kami lakukan untuk memutuskan bentuknya seperti apa dan institusi mana yang akan mengelola. Pengelolaan endowment fund untuk R&D itu bisa dilakukan seperti beasiswa LPDP," ujarnya.

Tak hanya itu, Sri Mulyani menilai perlu adanya upaya untuk terus memperbaiki ekosistem startup di Indonesia, termasuk dari sisi perpajakan agar jumlah Unicorn di Indonesia terus bertambah.

"Kami akan lihat termasuk masalah perpajakan dalam hal ini kami bersama-sama dengan para industri pelaku unicorn-nya sendiri untuk bisa lihat sebetulnya kebutuhannya seperti apa mereka," kata dia.

Nilai Valuasi Unicorn Indonesia

Achmad Zaky
Founder dan CEO Bukalapak Achmad Zaky (Doc. Bukalapak)

Menurut laporan TheSoutheastasia yang bertajuk "Southeast Asian Unicorns Thrive", pada pertengahan 2018 ada delapan unicorn di Asia Tenggara. Empat di antaranya ada di Indonesia dan sisanya berasal dari Singapura.

Dibandingkan dengan wilayah Asia lainnya, Asia Tenggara menjadi salah satu kawasan yang melahirkan banyak unicorn. Menurut Crunchbase, hanya ada tiga unicorn di Korea Selatan, sementara di Jepang, Australia, dan Hong Kong masing-masing satu unicorn.

India memiliki sekitar 10 unicorn, dan China benar-benar mendominasi daftar dengan memiliki sekitar 90 unicorn. Unicorn di Asia Tenggara berkembang dengan ide-ide radikal.

Gojek, salah satunya, telah menjadi “aplikasi super” di mana siapa pun dapat menggunakannya untuk mendapatkan layanan on-demand, mulai dari penataan rambut dan pembersih rumah hingga pengiriman makanan dan tentu saja berbagi perjalanan.

Sementara unicorn asal Singapura, Razer, masuk sebagai bisnis aksesori komputer komoditas, dan pada akhirnya berhasil masuk pada sektor khusus: mouse komputer dan keyboard untuk gamer.

Adapun nilai valuasi empat unicorn (Gojek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak) di Indonesia menurut data dari Crunchbase, Gojek memiliki nilai valuasi USD 8,6 miliar dengan meraih pendaan terakhir sebesar USD 920 juta per Oktober 2018.

Sementara Tokopedia mencapai USD 5,9 miliar dengan pendanaan terakhir US$ 1,1 miliar per November 2018. Kemudian Traveloka mengantongi nilai valuasi USD 3,5 miliar dengan pendanaan terbaru yang tidak disebutkan nominalnya.

Terakhir, Bukalapak memiliki nilai valuasi USD 1 miliar dengan pendaan terbaru sebesar USD 50 juta per Januari 2019.

Cara Startup Jadi Unicorn

Startup
Ilustrasi Startup (iStockPhoto)

Di sisi lain, untuk menjadi unicorn, startup harus melakukan sejumlah tahap. Managing Director inkubator startup GK-Plug and Play Indonesia, Wesley Harjono, memberikan tips agar startup berhasil menjadi unicorn.

Beberapa di antaranya adalah mengembangkan produk yang tepat sasaran, membentuk tim kuat, membangun pasar besar yang mampu berdampak kepada masyarakat lebih luas, dan mendapatkan investor atau stakeholders yang tepat.

"Untuk dapat membangun produk yang kompetitif di pasar, maka startup harus mampu mengembangkan produk yang tepat sasaran dan mudah diadaptasi oleh pengguna. Tepat sasaran artinya, startup harus mampu melihat gap dari pasar. Dalam arti menargetkan konsumen-konsumen yang belum bisa terjamah oleh kompetitor yang ada saat ini," kata Wesley.

Ia melanjutkan, untuk dapat mengembangkan produk yang baik, diperlukan tim dengan keahlian dan visi sejajar dengan tujuan perusahaan. Tim yang kuat adalah deretan tim yang mengenal kebutuhan pasar, mampu mengembangkan produk secara kreatif dan simpel, serta memiliki pengalaman di industri tersebut.

"Nah, untuk dapat menjadi perusahaan unicorn, maka startup diharuskan mampu menjangkau pasar besar yang dapat memenuhi kebutuhan tidak hanya dari segi demografi, namun juga secara psychographic and geographic," tuturnya menambahkan.

Wesley mengatakan, mendapatkan investor tepat merupakan salah satu tahap yang penting. Investor dengan visi yang sama mampu membangun startup atau perusahaan ke funding stage berikutnya.

"Apabila startup mampu menggaet venture capital (VC) atau investor yang memiliki portfolio dan track record baik, maka lebih mudah untuk startup menggaet VC besar dengan jumlah investasi yang lebih besar," imbuhnya menutup pembicaraan.

(Isk/Ndw)

Lanjutkan Membaca ↓

Let's block ads! (Why?)

https://m.liputan6.com/tekno/read/3898067/headline-era-ekonomi-digital-akankah-banyak-startup-jadi-unicorn

Bagikan Berita Ini

0 Response to "HEADLINE: Era Ekonomi Digital, Akankah Banyak Startup Jadi Unicorn?"

Post a Comment

Powered by Blogger.